Demi Keluargaku
Malam sudah bertemu pagi sepi menyentuh hati,
Bulan sabit berkalung mendung termenung diujung relung,
Gerimis lirih tindih mendawai bak nyiur melambai,
Terdengar langkah kaki insan yang tak peduli diri sendiri,
Yang rela mati demi sanak famili…
Bulan sabit berkalung mendung termenung diujung relung,
Gerimis lirih tindih mendawai bak nyiur melambai,
Terdengar langkah kaki insan yang tak peduli diri sendiri,
Yang rela mati demi sanak famili…
Dia pergi pagi demi gubuk kelurganya tak menangis perih,
Dia pulang malam dengan senyum bahagia dihati penuh lirih tanpa tindih karena tak mau melihat wajah semua saudara dan orang tuanya memeluk sedih nan pedih…
Dia pulang malam dengan senyum bahagia dihati penuh lirih tanpa tindih karena tak mau melihat wajah semua saudara dan orang tuanya memeluk sedih nan pedih…
Namun ku melihat malam ini ia mengambang bak tersapu gelombang..
Menetes air matanya bersama pula hujan turun deras mengeras seperti batu dari langit dilempar oleh Tuhan…
Menetes air matanya bersama pula hujan turun deras mengeras seperti batu dari langit dilempar oleh Tuhan…
Dengan langkahku berbisik,
Ku beranikan diri tuk bertanya dengan kata kalimat santun yang baik….
Ku beranikan diri tuk bertanya dengan kata kalimat santun yang baik….
“Saudaraku..
Kenapa wajahmu gelisah tiada warna indah,.?
Apa yang terjadi hingga ragamu terluntah gundah..?
Maafkan saudaraku bila lancang bibirku bertanya ,,,,,..
Kenapa wajahmu gelisah tiada warna indah,.?
Apa yang terjadi hingga ragamu terluntah gundah..?
Maafkan saudaraku bila lancang bibirku bertanya ,,,,,..
Dia pun menjawab penuh jiwa terbata-bata..
“Aku bersedih bukan karena hari tak makan nasi,
Aku murung seperti terkurung oleh rasa salah diri…
Karena adikku yang masih bayi harus menangis meronta tertusuk
racun berduri…
(Kanker hati)..
“Aku bersedih bukan karena hari tak makan nasi,
Aku murung seperti terkurung oleh rasa salah diri…
Karena adikku yang masih bayi harus menangis meronta tertusuk
racun berduri…
(Kanker hati)..
Subhannllah..
Ternyata ia bersedih karena sang adik terbaring tanpa suara…
Dan…
Aku tak bisa menahan pula air mataku jatuh dipipiku…
Ternyata ia bersedih karena sang adik terbaring tanpa suara…
Dan…
Aku tak bisa menahan pula air mataku jatuh dipipiku…
Aku merasakan Tuhan telah memilih dia dan memberikan takdirnya..
Sunguh pedih bila ku merasakannya…
yang kaya berhura-hura…
Yang miskin menangis berharap melepaskan duka…
Ironis sekali..!!!
Sunguh pedih bila ku merasakannya…
yang kaya berhura-hura…
Yang miskin menangis berharap melepaskan duka…
Ironis sekali..!!!
Namun ini adalah garis dari-Nya..
Dan harus menerima dengan lapang dada penuh ketabahan sabar menjalaninya…
Dan harus menerima dengan lapang dada penuh ketabahan sabar menjalaninya…
Dan semoga kita bisa menjalani takdir dari- Nya…amin..
Read more: Demi Keluargaku | Puisi ini berjudul Demi Keluargaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar